Di sebuah pedesaan di tepi pantai
ada tiga orang sahabat, mereka
bernama Ariel, Rendi, dan Lina. Pertemanan
mereka sudah lama, sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada suatu hari
di saat mereka bertiga sedang berjalan di tepi pantai tiba tiba datang seorang
perempuan. Ternyata perempuan itu adalah teman mereka dahulu. Singkat cerita
mereka bertiga pun kembali akrab dengan perempuan itu yang bernama Sintia.
Karena hari sudah mulai gelap mereka memutuskan untuk pulang.
Di Pagi harinya, mereka bertiga ditambah
dengan Sintia berencana untuk berkemah di pulau yang letaknya lumayan jauh dari
kampung. Segera rencana mereka susun.Mereka pun memutuskan untuk pergi
menggunakan perahu milik ayah Rendi keesokan harinya.
Keesokan harinya mereka berempat
berkumpul di dekat perahu milik ayah Rendi saat berkemas mereka merasa sudah
menaikkan semua perlengkapan yang mereka butuhkan, akan tetapi tanpa mereka
sadari bahan bakar cadangan untuk mesin perahu itu lupa mereka naikkan ke atas perahu.
Sore harinya setelah melewati perjalanan yang cukup
panjang, mereka sampai di pulau tujuan. Setelah mereka semua turun dari perahu,
Ariel mulai membagi tugas. Ariel dan Rendi bertugas untuk mendirikan tenda
sedangkan Sintia dan Lina bertugas untuk menyiapkan makan malam.
Malam harinya, mereka yang sudah
selesai menikmati makan malam dan mulai membuat api unggun. Ariel mengajak
teman-teman nya untuk duduk mengelilingi api unggun, saat itu mereka sangat
bergembira, bernyanyi dan bercerita tentang pengalaman mereka masing masing. Hari
sudah mulai larut malam mereka mulai masuk ke tenda untuk beristirahat.
Pagi hari mereka sarapan, berupa roti bakar istimewa buatan Sintia.
Selesai sarapan, mereka semua bermain air di tepi pantai. Setelah di rasa cukup
hari itu juga mereka mulai mengemasi barang bawaan mereka dan bersiap untuk
pulang.
Mereka mulai menghidupkan perahu
dan melaju untuk pulang. Saat itu mereka semua masih terbawa dengan suasana
laut yang tenang. Akan tetapi Rendi yang merasa ada yang tidak beres pun
mencoba untuk meminta Ariel memeriksa bahan bakar cadangan mereka. Benar saja
bahan bakar cadangan yang mereka siapkan ternyata tertinggal di pelabuhan. Tak
lama kemudian mesin perahu mereka mulai kehabisan bahan bakar dan kemudian
mati.
Saat itu mereka semua merasa
khawatir sekaligus panik bukan kepalang. Tapi Ariel dan Rendi yang berusaha
menenangkan suasana mencoba untuk membujuk Sintia dan Lina agar mereka berdua
tidak panic. Ariel mencoba memeriksa sisa makanan yang masih ada. Setelah di
cek ternyata makanan yang mereka miliki hanya tersisa sedikit.
Ariel berusaha menghubungi
penjaga pantai tetapi taka da sinyal. Karena hari sudah mulai gelap, mereka juga
mulai merasa lapar dan haus. Ariel selaku orang yang paling tua mencoba
mengatur porsi makanan dan minuman untuk mereka. Saat itu mereka hanya bisa
memakan sedikit saja roti yang tersisa dengan minum dua tegukan yang tentu saja
tidak bisa menghilangkan dahaga. Tiba tiba, langit yang cerah berubah menjadi
mendung dsertai petir yang menggelegar. Perahu mereka di terjang badai dan
terombang ambing oleh ombak laut yang cukup dahsyat. Ariel dan Rendi mencoba
menenangkan Sintia dan Lina yang sudah menangis. Ariel mengajak teman temannya
untuk berdoa. untuk keselamatan mereka.
Saat itu hari yang sudah berubah
menjadi cerah, dan matahari yang sudah mulai terbit membangunkan mereka semua.
Saat itu mereka merasa sangat senang karena masih bisa selamat dari badai. Tapi
kesenangan mereka tidak bisa bertahan lama. Perut mereka yang kosong mulai
berbunyi dan rasa haus melanda tenggorokan mereka. Makanan dan minuman yang
mereka miliki itu hanya tersisa sedikit saja. Ariel mencoba membagi rata
makanan dan minuman yang mereka miliki. Saat ini mereka hanya bisa merenungkan
keadaan yang semakin mencekam.
Sore hari Ariel melihat ada perahu nelayan yang lewat di
dekat perahu mereka. Di saat itu juga Ariel dan teman teman nya langsung
berteriak untuk meminta bantuan ke perahu itu. Setelah sekian lama berteriak.
Akhirnya nelayan itu pun melihat keberadaan mereka. Perahu nelayan itu langsung
menghampiri perahu mereka. Saat itu Ariel, Rendi, Sinta, dan Lina merasa sangat
berterimakasih karena telah di selamatkan. Tidak perlu waktu yang lama akhirnya
mereka sampai di dermaga. Ternyata orangtua mereka telah menunggu di tepi
pantai. Mereka langsung pergi menghampiri orang tua mereka masing masing. Malam
harinya mereka berempat pun berkumpul di tepi pantai. Mereka menyalakan api
unggun dan Duduk mengelilingi api
unggun.
TAMAT
Cerpen : Muhammad
Ilham Nur Wahid Ilustrasi :
Muhammad Ilham Nur Wahid menggunakan Canva.AI |
Editor
: D. Rakhmad Effendi. SE |
Cerpen
ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX |
TENTANG PENULIS
Muhammad
Ilham Nur Wahid. Biasa di panggil Ilham. Berumur 16 tahun saat cerita ini di
buat. Hoby bermain futsal. Saat ini duduk
di kelas IX SMP Bina Utama Pontianak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar