Di sebuah sekolah setelah semua
siswa-siswi pulang, ada sebuah kelompok pertemanan yang berisi empat orang, yaitu Ethereal, Ataraxia, William dan Ren. Ataraxia
mengajak temannya untuk uji nyali di sekolah angker. Semua temannya setuju
untuk mengikuti uji nyali tersebut. Suasananya sudah sangat gelap ketika mereka
tiba di sekolah itu. Banyak serangga berterbangan, juga ada yang melewati
kaki-kaki mereka.
"Guys,” kata Ethereal
kembaran dari Ataraxia. “Kita pulang aja yuk, banyak serangga nih, geli,
tau!"
"Lah, sayang tau, kita udah
nyampe loh!" kata Ataraxia, kemudian ia memarahi kembarannya itu. Akhirnya
Ethereal terpaksa mengikuti mereka bertiga.
Mereka berempat mulai memasuki
dan menjelajahi sekolah itu. Tiba-tiba ada satu ruangan perpustakaan yang
menarik perhatian.
"Eh, kayaknya seru,nih,"
kata William.
"Iya nih,” jawab Ataraxia. “Masuk,
yuk"
Ren dan Ethereal hanya bisa
mengikuti kemauan mereka.
Ataraxia membuka buku di perpustakaan
itu dan tanpa sengaja ia membaca mantra aneh yang tertulis di salah satu
halamannya. Seketika pintu dan jendela tertutup rapat. Mereka semua mulai panic.
"Tuh, kan!” jerit Ethereal. “Gimana,
nih, Ataraxia, kita terjebak!"
Mendadak Ren menyuruh teman-temannya
diam. "shhh …,” bisiknya. “Guys coba kalian dengar, ada suara aneh.”
Di ruangan ujung tiba-tiba ada
suara meraung yang sangat keras. Seketika mereka melihat monster raksasa yang
menakutkan dengan hanya mulut di mukanya. Ethereal panik dan tidak sengaja
menjatuhkan buku, suara keras jatuhan buku itu menggema dan terdengar oleh si
monster. Dengan cepat monster itu
menghampiri mereka berempat. Mereka semua pontang-panting dengan wajah panik. Tanpa
sadar mereka berpencar dan terpisah arah. Ethereal dan Ataraxia pergi ke arah
kanan. Sedangkan Ren dan William ke arah kiri. Si monster kebingungan karena
monster itu hanya bisa mendengar, ia dibingungkan oleh suara kaki yang berasal
dari dua arah.
Di sisi lain, Ethereal dan
Ataraxia masuk sebuah ruangan.
"Duh, bagaimana ini, kak?"
tanya Ethereal.
"Aku tadi menyimpulkan kalau
monsternya itu sepertinya hanya bisa mendengar suara keras," jawab
Ataraxia.
Di sisi Ren dan William mereka
memasuki ruangan yang aneh. Banyak pola pentagram di mana-mana. Mereka berdua
sadar setelah menelusuri ruangan aneh tersebut dan rupanya itu adalah ruangan
pemanggil monster. Banyak sekali kertas mantra bertaburan dimana mana. Ren
menemukan kertas mantra untuk mengalahkan monster tersebut.
Balik ke sisi Ataraxia dan Ethereal,
mereka sedang mencari cara agar bisa keluar. Mendadak Ataraxia bertingkah aneh.
"Kak!” tegur Ethereal. “Ada
apa?".
Ataraxia hanya diam, ia menyembunyikan
sesuatu di saku nya.
"Kesini Ethereal ada sesuatu
yang harus aku beri,” kata Ataraxia.
Ethereal pun datang menghampiri
Ataraxia, tetapi ia merasa kaget. Ataraxia tiba-tiba menusuk Ethereal.
"Kak,” kata Ethereal. “Kau kenapa?"
"Dari dulu aku membencimu,”
jawab Ataraxia. “Kau selalu mendapatkan perhatian dari ayah dan bunda. Kau juga
selalu dipuji oleh teman-teman dan guru karena kau cantik dan pintar, padahal
kau dan aku sama."
"Itu karena aku... Ingin
menjadi dirimu,” jawab Ethereal. “Aku selalu mengangumimu, kak. bagiku kau orang yang paling ku banggakan."
Seketika mata Ethereal menjadi
sayu. Ataraxia mendengar ucapan adiknya dengan rasa terkejut. Ia mulai sadar dan
menyesali apa yang telah ia lakukan. Ia sudah berjanji kepada monster itu untuk
menukar tubuh seseorang kepadanya. Ataraxia dijanjikan akan mendapatkan kepintaran
dan akan disanjung banyak orang.
Ataraxia sangat menyesal. Ren dan
Wiliam berhasil menemukan Ataraxia dan Ethereal. Tiba-tiba monster itu tepat
dibelakang mereka. Ren dan William dengan cepat mengucap mantra. Monster itu
langsung hilang dan kembali ke alamnya.
Mereka berempat berhasil keluar
dari sekolah mengerikan itu, mereka juga bersyukur dengan hilangnya monster itu
luka Ethereal juga sembuh. Mereka berempat berpelukan dengan mengucap
Alhamdulillah. Ataraxia menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada saudara
kembarnya. Ethereal juga tidak mendendam dan memaafkan kakaknya.
Mereka pun berhasil pulang
dengan selamat
TAMAT
Cerpen : Rinjani
Mustika Amarta Ilustrasi : Rinjani
Mustika Amarta menggunakan SeaArt.AI |
Editor
: D. Rakhmad Effendi. SE |
Cerpen
ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX |
TENTANG PENULIS
Rinjani
Mustika Amarta, seorang murid dari sekolah SMP Bina Utama di kelas IX. Berumur 14
tahun dan mempunyai hobi menikmati seni atau karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar