KELUARGA KELAM

 



Di suatu desa yang sangat terpencil dan sangat jauh dari perkotaan, di desa itu hanya memiliki 10 rumah saja. Di dalam salah satu rumah hiduplah pasangan muda yang pindah dari kota ke desa itu karena masalah ekonomi mereka.

Pasangan itu telah menikah 8 bulan. Suaminya bernama Zidan yang bekerja sebagai petani, sementara istrinya bernama Alika berkerja sebagai pemerah susu sapi di desa tersebut. Mereka hidup bahagia di sana.

Hingga kemudian ibu dan ayah Alika selalu menanyai mereka berdua tentang kapan pasangan itu punya anak. Sepertinya mereka berdua sudah tidak sabar menggendong cucu. Alika pun sedih mendengar pertanyaan ibunya. Pertanyaan ibunya itu di ceritakan Alika kepada suaminya dengan wajah sedih.

"Yang sabar, ya, kan kau tahu kalau untuk makan aja kita susah, belum lagi biaya melahirkan itu mahal," ucap Zidan dengan wajah sedih.

Selepas dari keluh kesah tersebut tiga bulan pun berlalu, kini Alika sudah mengandung. Zidan dan Alika pun senang, walaupun mereka berdua kebingungan memikirkan biaya melahirkan nanti. Zidan tambah bingung setelah 8 bulan kehamilan Alika. Padi yang ia tanam mulai banyak yang mati karena kekeringan.

Zidan berpikiran pendek, ia pergi ke salah satu dukun yang lumayan jauh dari desa tanpa sepengetahuan Alika istrinya. Zidan sampai dirumah sang dukun dengan perasaan cemas.  Zidan kemudian meminta pertolongan ke dukun agar padi yang ia tanam tumbuh dengan subur dan lebat agar dapat dijual. Dukun pun menyetujui permintaan Zidan tetapi dengan satu syarat, yaitu jika anak dari Alika sudah berumur 5 tahun, harus diberikan ke si dukun untuk melunasi permintaan Zidan. Awalnya Zidan sangat ragu untuk menyetujui tersebut. Namun, di sisi lain Zidan harus membayar biaya kelahiran anaknya dan juga melunasi hutangnya yang sudah ada di mana-mana.

Zidan pun menyetujui kesepakatan tersebut. Ia pulang kembali ke rumahnya dan  melihat sawahnya yang berbuah begitu lebat. Ia pun senang dan gembira sambil berlari menuju rumah. Zidan segera memberi tahu Alika kalau kebunnya lebat dan subur, mereka berdua sangat senang sekali karena bisa membayar dan melunasi hutang-hutang yang mereka tanggung.

Alika melahirkan, mereka berdua sangat senang sekali atas kelahiran anak mereka. Zidan membayar uang rumah sakit dengan hasil panen padinya. Dan dua tahun pun berlalu, kini Anaknya Zidan dan Alika sudah mulai membesar. Anak mereka sangat aktif. Namun, setelah umur 5 tahun ia berubah drastis menjadi pendiam dan tak mau makan. Zidan pun mengetahui ini peringatan dari sang dukun untuk meminta anak dari Zidan dan Alika. Zidan pun di terror hal-hal aneh seperti banyaknya padi yang kering seperti dahulu.

Suatu hari anak Zidan dan Alika mengalami sakit yang begitu parah, hingga di larikan ke UGD kota, Zidan pun ingin membalas perbuatan si dukun karena telah membuat anaknya menderita. Zidan bergegas bertemu dengan si dukun.

Sesampainya di rumah si dukun, Zidan melihat anaknya sedang dimandikan air kembang oleh sang dukun. Akhirnya Zidan mencoba melawan sang dukun. Namun, ia gagal. Ia terus mencoba untuk menyelamatkan anak satu satunya. Setelah beberapa kali melawan, Zidan mencoba membaca salah satu Ayat Al-Quran, yaitu surat Al-Jin untuk melawan sang dukun.

"Kau tidak dapat membayar kesepakatan, kenapa kau yang ingin mengambil anak ini dari ku?" ucap dukun dengan kesakitan.

"Aku sudah tidak percaya dengan mu, kembalikan anak ku!" ucap Zidan dengan tegas.

Kulit si dukun pun mulai terbakar akibat bacaan ayat yang di baca Zidan, dan Akhirnya anak dari Zidan pun mulai merintih kesakitan bersama sang dukun. Si dukun akhirnya mati bersama anak Zidan. Setelah kejadian itu Zidan mengalami sakit yang begitu parah.

Akhirnya Zidan bertobat atas perbuatannya menyekutukan Allah SWT. Zidan dan Alika memutuskan untuk pindah ke kota tempat ibu Alika. Tak lama setelah kejadian itu akhirnya Zidan dan Alika kembali memiliki anak dan hidup bahagia. Zidan berjanji kepada dirinya untuk tidak lagi melakukan hal bodoh yang pernah ia lakukan dahulu.


TAMAT



Pesan moral dari cerita ini adalah bahwa keserakahan dan mencari jalan pintas seringkali berujung pada malapetaka. Zidan dan Alika terjebak dalam kesulitan ekonomi dan mencari solusi cepat tanpa memikirkan konsekuensinya. Kesepakatan dengan dukun membawa dampak buruk pada keluarga mereka, termasuk kehilangan anak dan penderitaan yang mendalam. Pesan moralnya adalah pentingnya bertanggung jawab, menjaga integritas, dan tidak terjebak dalam tawaran yang tidak bermoral demi keuntungan pribadi. Yang terpenting tetap bertakwa kepada Allah SWT.



Penulis

:

Oktora Mumtaza Marwa

Ilustrasi

:

Leonardo.ai + edit by Oktora Mumtaza Marwa

Editor

:

D. Rakhmad Effendi. SE

 


TENTANG PENULIS

Saya Oktora Mumtaza Marwa sangat senang membuat videography seperti, Trailer horror, video pendek, dan mahir dalam membuat design.

Sekarang bersekolah di SMP Bina Utama Pontianak di kelas IX

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMP BINA UTAMA PONTIANAK TAHUN AJARAN 2024-2025

Halo, brother ! jumpa lagi setelah mimin cukup lama tidak menyapa. kini ada info baru tentang penerimaan siswa baru di SMP Bina Utama Pontia...