MENDAKI BERSAMA SAHABAT

 



Cerita di mulai dengan angkasa yang mengajak Bintang untuk mendaki di gunung yang ada di Kalimantan. Mereka sepakat untuk pergi pada pukul lima pagi.

Angkasa seorang mahasiswa, ia kuliah di salah satu universitas yang ada di kota Pontianak. Angkasa anak yang pembeRani, berparas tampan.

"Eughhh....sudah jam berapa ini?" tanya Angkasa yang baru saja bangun tidur. Pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul 03:15. Ia langsung mengirim pesan kepada Bintang. Bintang adalah sahabat sejati angkasa. Bintang juga kuliah di tempat yang sama dengan Angkasa. Ia juga tampan, tetapi sifatnya berbeda dengan Angkasa. Bintang anak yang tengil, juga sangat asik di ajak hang out. Sedangkan Angkasa sedikit lebih pendiam.

“Bin. udah siap, belum?" pesan Angkasa kepada Bintang.

"Sudah, tapi bentar, ya. Aku masih mau siapin baju dulu," jawab Bintang setelah membaca pesan angkasa.

Angkasa langsung bersiap-siap untuk pergi. Ia mulai mengemasi barang yang perlu ia bawa untuk mendaki. singkat cerita Angkasa sudah berada di titik kumpul untuk menunggu bintang dan tidak lama kemudian anak itu pun datang.

"Akhirnya, kau datang juga... lama amat, sih. Keburu pagi nanti,"  omel Angkasa kepada Bintang.

"Hahaha…, sorry tadi ada problem sedikit di jalan," jawab Bintang sambil terkekeh.

Mereka langsung bergegas pergi menuju lokasi pendakian. Setelah menempuh cukup lama melaju menggunakan sepeda motor, ahirnya mereka sampai di tempat pendakian. Mereka memarkirkan sepeda motornya terlebih dahulu di rumah penduduk yang ada disana.

Kedua anak itu sampai di sana pada pukul 08:57. Angkas adan Bintang sarapan tidak lama setelah itu mereka mulai mendaki. Sambil berjalan mendaki mereka berbincang-bincang sedikit tentang mata kuliah semester ini.

Pada pukul 11:38 mereka sampai di pos 1. Beristirahat sebentar sebelum melanjutkan  perjalanannya, setelah itu mereka kembali melangkah naik . Tidak terasa hari sudah mulai gelap. Suasana juga mulai mencekam,  mereka merasakan ada sesuatu yang tidak. Kondisi itu di mulai dari angin yang tiba-tiba datang dan juga suara-suara halus.

Pukul 12:13 malam mereka mendirikan tenda di suatu tempat yang tidak jauh dari sungai. Setelah itu mereka beristirahat dan memutuskan untuk melanjutkan pendakian esok pagi. Malam itu Angkasa tidak bisa tidur. Ia mendengar suara berisik dari luar sedangkan Bintang sedari tadi ia hanya terdiam membisu. Angkasa tetap berusaha untuk tidur.

Pagi harinya matahari dengan cerah. Angkasa membuka matanya, ia langsung kaget karena tidak menemukan Bintang di sebelahnya. Ia mencari-cari kemana-mana namun tidak ada. Bahkan Angkasa berteriak senyaring-nyaringnya. Angkasa langsung saja mencarinya kesana kemari, namun nihil. Ia juga tidak menemukan apa-apa.

Mendadak angkasa mendengar ada suara mencurigakan di balik semak-semak. Merasa penasaran Angkasa mulai mengecek nya. Ia terbelalak kaget melihat Bintang terbaring lemas di balik semak-semak. Setelah berhasil menyelamatkan sahabatnya, Bintang bercerita bahwa ia di bawa ke alam gaib. Syukur Angkasa berteriak memanggil namanya sehingga ia di kembalikan oleh mahluk penghuni gunung itu.

Akhirnya Angkasa dan Bintang turun gunung. Pengalaman mereka berdua kali ini tidak akan terlupakan. Mereka sangat bersyukut kepada allah SWT atas pertolongan-Nya kepada mereka berdua.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Risma Saputri

Ilustrasi : Risma Saputri menggunakan Meta.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Risma Saputri saat ini duduk di kelas IX SMP Bina Utama Pontianak. Hoby menyanyi.

 


BERKEMAH

 



Cerita dimula dari Mizu dan teman-temannya yang memutuskan untuk pergi berkemah di atas gunung Kegiatan dilakukan untuk merayakan kelulusan di SMP mereka. Ia dan teman-temannya nekat pergi tanpa melibatkan sekolah sehingga tidak ada guru pembimbing yang ikut.

Sampai di puncak mereka segera mendirikan tenda. Singkat cerita hari sudah mulai menjelang malam, mereka berempat memutuskan untuk membangun perapian didekat tenda yang mereka bangun. Pada saat para remaja tersebut sedang asyik mengobrol tiba tiba saja terdengar suara lolongan serigala. Bahkan belum sempat mereka menoleh, seekor serigala sudah berkelebat di sekitar tenda.

"Guys, gimana ini. Aku gak mau perpisahan kita beneran jadi perpisahan selamanya,” ucap Jiang. “Aku masih pengen hidup."

Rikka yang berada di belakang Celeste sudah mulai ketakutan.

"Tenang …,” Bisik Celeste. “Kalian ikuti saja perintah ku. Kunci utamanya jangan panik. Mizu kamu coba alihkan perhatian serigala itu dengan sesuatu.”

"Seketika saja Mizu teringat bahwa dia ada membawa tas yang berisikan keperluan darurat. Sayangnya tas tersebut berada di dekat tenda. Mizu terdiam sejenak. Ia juga sadar, bahwa kemungkinan besar tas itu sudah tidak ada karena di bawa lari oleh serigala. Tetapi ia masih berharap tas itu masih ada di sana.

"Jiang dan Rikka,” ucap Celeste. “Kalian berdua coba cari pertolongan ke bawah gunung, Tempat briefing tadi sore. Mungkin masih buka,"

"Celeste...,” bisik Rikka. “Terus kamu gimana?"

"Rikka, kalau aku ikut kalian siapa yang bakal ngebantu Mizu?” jawab Celeste.

Mizu masih mencari tasnya. Rikka dan Jiang segera mengikuti perintah Celeste untuk turun ke bawah. Mizu dan Celeste memutuskan untuk melaksanakan rencana mereka.

Celeste melempar sebuah batu ke kepala serigala. Hewan buas itu terlihat benar-benar marah. Celeste yang sudah tahu akan lanjutan gerakan serigala tersebut pun langsung berlari secepat mungkin ke arah area hutan. Mizu juga berusaha mengalihkan perhatian serigala itu dengan berlari kea rah yang berbeda.

Tak berapa lama warga yang dibawa oleh Rikka dan Jiang datang. Mereka berusaha mencari Mizu dan Celeste yang menghilang. Setelah lama mencari akhirnya mereka menemukan Celeste yang hampir saja di terkam oleh serigala tersebut, untungnya warga dengan sigap melempar serigala itu dengan batu. Pada saat perhatian serigala itu teralihkan Celeste dengan bergegas berlari ke arah warga.

Serigala yang tadi hanya bisa lari karena takut akan warga. Setelah itu mereka mencari Mizu. Anak itu berhasil di temukan. Mereka berempat tertawa bahagia karena sudah berhasil selamat.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Niky Ayu Lestari

Ilustrasi : Niky Ayu Lestari menggunakan Seaart.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 



TENTANG PENULIS

Niky Ayu Lestari, seorang remaja yang baru saja belajar menulis cerpen. Bersekolah di SMP Bina Utama Pontianak kelas IX


EMPAT ORANG SAHABAT

 


Di sebuah pedesaan di tepi pantai ada  tiga orang sahabat, mereka bernama  Ariel, Rendi, dan Lina. Pertemanan mereka sudah lama, sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada suatu hari di saat mereka bertiga sedang berjalan di tepi pantai tiba tiba datang seorang perempuan. Ternyata perempuan itu adalah teman mereka dahulu. Singkat cerita mereka bertiga pun kembali akrab dengan perempuan itu yang bernama Sintia. Karena hari sudah mulai gelap mereka memutuskan untuk pulang.

Di Pagi harinya, mereka bertiga ditambah dengan Sintia berencana untuk berkemah di pulau yang letaknya lumayan jauh dari kampung. Segera rencana mereka susun.Mereka pun memutuskan untuk pergi menggunakan perahu milik ayah Rendi keesokan harinya.

Keesokan harinya mereka berempat berkumpul di dekat perahu milik ayah Rendi saat berkemas mereka merasa sudah menaikkan semua perlengkapan yang mereka butuhkan, akan tetapi tanpa mereka sadari bahan bakar cadangan untuk mesin perahu itu lupa mereka naikkan ke atas perahu.

Sore harinya  setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, mereka sampai di pulau tujuan. Setelah mereka semua turun dari perahu, Ariel mulai membagi tugas. Ariel dan Rendi bertugas untuk mendirikan tenda sedangkan Sintia dan Lina bertugas untuk menyiapkan  makan malam.

Malam harinya, mereka yang sudah selesai menikmati makan malam dan mulai membuat api unggun. Ariel mengajak teman-teman nya untuk duduk mengelilingi api unggun, saat itu mereka sangat bergembira, bernyanyi dan bercerita tentang pengalaman mereka masing masing. Hari sudah mulai larut malam mereka mulai masuk ke tenda untuk beristirahat.

Pagi hari mereka  sarapan, berupa roti bakar istimewa buatan Sintia. Selesai sarapan, mereka semua bermain air di tepi pantai. Setelah di rasa cukup hari itu juga mereka mulai mengemasi barang bawaan mereka dan bersiap untuk pulang.

Mereka mulai menghidupkan perahu dan melaju untuk pulang. Saat itu mereka semua masih terbawa dengan suasana laut yang tenang. Akan tetapi Rendi yang merasa ada yang tidak beres pun mencoba untuk meminta Ariel memeriksa bahan bakar cadangan mereka. Benar saja bahan bakar cadangan yang mereka siapkan ternyata tertinggal di pelabuhan. Tak lama kemudian mesin perahu mereka mulai kehabisan bahan bakar dan kemudian mati.

Saat itu mereka semua merasa khawatir sekaligus panik bukan kepalang. Tapi Ariel dan Rendi yang berusaha menenangkan suasana mencoba untuk membujuk Sintia dan Lina agar mereka berdua tidak panic. Ariel mencoba memeriksa sisa makanan yang masih ada. Setelah di cek ternyata makanan yang mereka miliki hanya tersisa sedikit.

Ariel berusaha menghubungi penjaga pantai tetapi taka da sinyal. Karena hari sudah mulai gelap, mereka juga mulai merasa lapar dan haus. Ariel selaku orang yang paling tua mencoba mengatur porsi makanan dan minuman untuk mereka. Saat itu mereka hanya bisa memakan sedikit saja roti yang tersisa dengan minum dua tegukan yang tentu saja tidak bisa menghilangkan dahaga. Tiba tiba, langit yang cerah berubah menjadi mendung dsertai petir yang menggelegar. Perahu mereka di terjang badai dan terombang ambing oleh ombak laut yang cukup dahsyat. Ariel dan Rendi mencoba menenangkan Sintia dan Lina yang sudah menangis. Ariel mengajak teman temannya untuk berdoa. untuk keselamatan mereka.

Saat itu hari yang sudah berubah menjadi cerah, dan matahari yang sudah mulai terbit membangunkan mereka semua. Saat itu mereka merasa sangat senang karena masih bisa selamat dari badai. Tapi kesenangan mereka tidak bisa bertahan lama. Perut mereka yang kosong mulai berbunyi dan rasa haus melanda tenggorokan mereka. Makanan dan minuman yang mereka miliki itu hanya tersisa sedikit saja. Ariel mencoba membagi rata makanan dan minuman yang mereka miliki. Saat ini mereka hanya bisa merenungkan keadaan yang semakin mencekam.

Sore hari Ariel  melihat ada perahu nelayan yang lewat di dekat perahu mereka. Di saat itu juga Ariel dan teman teman nya langsung berteriak untuk meminta bantuan ke perahu itu. Setelah sekian lama berteriak. Akhirnya nelayan itu pun melihat keberadaan mereka. Perahu nelayan itu langsung menghampiri perahu mereka. Saat itu Ariel, Rendi, Sinta, dan Lina merasa sangat berterimakasih karena telah di selamatkan. Tidak perlu waktu yang lama akhirnya mereka sampai di dermaga. Ternyata orangtua mereka telah menunggu di tepi pantai. Mereka langsung pergi menghampiri orang tua mereka masing masing. Malam harinya mereka berempat pun berkumpul di tepi pantai. Mereka menyalakan api unggun dan  Duduk mengelilingi api unggun.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Muhammad Ilham Nur Wahid

Ilustrasi : Muhammad Ilham Nur Wahid menggunakan Canva.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Muhammad Ilham Nur Wahid. Biasa di panggil Ilham. Berumur 16 tahun saat cerita ini di buat. Hoby  bermain futsal. Saat ini duduk di kelas IX SMP Bina Utama Pontianak

MENARA MISTERIUS

 



Suatu hari yang sibuk di sebuah jalan kota di korea, di situlah guncangan terjadi. Guncangan tersebut cukup kuat yang membuat orang-orang mencari tempat berlindung, mereka mengira itu hanya sebuah gempa bumi biasa. Tetapi, sebuah retakan muncul di aspal jalan. Di tempat itu sebuah bangunan mulai muncul dari tanah. Sebuah menara yang tinggi muncul bersama langit yang memerah, badai dimana-mana dan sebagian orang menghilang saat itu terjadi.

Tokoh utama kita, Ivan. Ia membuka mata dan sangat terkejut melihat sekitarnya yang asing. Dia melihat orang-orang yang gelisah dan ketakukan. Sepertinya mereka masuk ke dalam menara tersebut.  Sebelum ia sempat menenangkan dirinya dia di kejutkan oleh teks hologram yang  mengatakan bahwa mereka harus mengalahkan menara ini dengan mengalahkan monster di setiap lantainya.

Lantai satu tidaklah susah untuk di kalahkan, tetapi semakin Ivan mengalahkan setiap lantai semakin kuat juga monster yang akan dihadapi. Maka dari itu, dia membutuhkan sebuah tim yang kompeten dan bisa diandalkan. Ivan menemukan tim yang dia cari. Ada si bijaksana, Evelyn, Marksman yang tidak pernah meleset, Tank yang tegar, si pemberani, Leon, dan Ivan, dirinya sendiri sebagai assasin dan pemimpin yang cerdas.

Tibalah mereka di lantai terakhir, Ivan dan kelompoknya masuk ke ruangan tersebut dan mereka pun lihat pemendangan yang menyeramkan yang ada dihadapan mereka. Seekor naga mengarahkan pandangannya terhadap mereka dan menggeram dengan keras yang menandakan ia sedang tidak senang bertemu dengan kelompok Ivan. Sang naga pun tiba-tiba menyemburkan napas api dari mulutnya. Mereka terkejut, lalu Sean bereaksi tepat waktu untuk memblokir nafas naga menggunakan perisainya. Team yang lainnya bersiap untuk menyerang. Evelyn mengeluarkan mantranya yang membuat naga itu terkejut. Serangan bertubi-tubi membuat naga itu akhirnya kalah. Mereka pun merasa lega dan bangga akan itu, mereka sudah menaklukkan menara tersebut dan akhirnya mereka menjadi lima pahlawan agung yang mengalahkan menara bencana.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Dzaky Pratama Alqadrie

Ilustrasi : Dzaky Pratama Alqadrie menggunakan Meta.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Dzaky Pratama Alqadrie adalah seorang pelajar di SMP Bina Utama Pontianak yang berumur 15 tahun. Hoby membaca dan menggambar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TERJEBAK DI LABIRIN MISTERIUS

 


Ibnu, Vera, dan Santo adalah tiga sahabat yang suka bermain dan menjelajah suatu tempat.  Suatu hari mereka menemukan sebuah tempat bermain yang sudah tidak berpenghuni lagi. Tempat itu terlihat seperti taman bermain yang ditinggalkan, dengan ayunan yang berkarat dan jungkat-jungkit yang patah. Namun, yang menarik perhatian mereka adalah labirin yang terletak di tengah-tengah taman.

Labirin itu terlihat sangat sederhana, dengan dinding-dinding yang rendah dan jalan yang lurus. Mereka berpikir bahwa labirin itu akan sangat mudah untuk dilewati. Namun, setelah mereka memasukinya, mereka menyadari bahwa labirin itu tidak seperti yang mereka bayangkan.

Cuaca mulai berubah, dengan awan gelap yang berkumpul di langit dan angin yang semakin kencang. Mereka mulai merasa takut dan tersesat. Mereka berteriak-teriak, tapi tidak ada yang bisa mendengar satu sama lain.

Ibnu dan Vera akhirnya bertemu kembali setelah beberapa jam mencari. Mereka memutuskan untuk mencari jalan keluar bersama-sama. Namun, setelah beberapa jam berjalan, mereka masih belum menemukan jalan keluar. Mereka mulai merasa lelah dan putus asa.

Tiba-tiba, mereka menemukan Santo yang pingsan di sudut labirin. Mereka syok dan khawatir, tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu Santo sadar.

Setelah beberapa menit menunggu, Ibnu dan Vera memutuskan untuk mencari jalan keluar. Mereka bertemu dengan seorang yang pernah terjebak di labirin itu sebelumnya. Orang itu mengatakan bahwa hanya dia sendiri yang selamat dari lima orang yang terjebak di labirin itu.

Mereka juga bertemu dengan seorang nenek tua yang menggunakan baju kebaya. Nenek itu memberikan mereka petunjuk untuk keluar dari labirin, tapi mereka tidak mempercayai kata-kata nenek itu. Ibnu, sebagai pemimpin kelompok, memutuskan untuk mempercayai kata-kata nenek itu dan mengikuti petunjuk yang diberikan.

Mereka harus mengalahkan seorang lelaki yang mereka temukan di labirin itu dengan cara mengurungnya dalam ke dalam jebakan. Mereka mencari lelaki itu selama lima jam, tapi tidak menemukannya. Akhirnya, Vera menemukan lelaki itu bersembunyi di balik box kayu. Mereka mengejar lelaki itu sampai dia menyerah, lalu mereka mengikatnya dan membawanya ke nenek tua.

Nenek tua itu memberikan mereka kunci labirin sebagai ganti lelaki itu. Dengan kunci itu, mereka bisa membuka pintu labirin dan keluar dengan selamat. Mereka merasa lega dan bahagia setelah berhasil keluar dari labirin misterius itu.

Mereka berjanji untuk tidak pernah melupakan petualangan mereka di labirin itu dan untuk selalu berhati-hati dalam menjelajah. Mereka juga berterima kasih kepada nenek tua yang telah membantu mereka keluar dari labirin.

 

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Choky Christian Romora Sianturi

Ilustrasi : Choky Christian Romora Sianturi menggunakan Meta.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Choky Christian Romora Sianturi, berumur 16 tahun. Hoby bermain badminton. Saat ini duduk di kelas IX SMP Bina Utama Pontianak.

 

 

 



TERJEBAK DI ALAM LAIN



Dhot, Rabu dan hasan adalah tiga sahabat. Mereka bertiga adalah mahasiswa sebuah Universitas. Dhot seorang pekerja keras. Rabu adalah mahasiswa yang pintar sedangkan hasan sangat rendah hati dan tidak sombong.

Mereka bertiga juga suka mendaki gunung. Suatu kali mereka mendaki sebuah gunung yang konon katanya angker. Entah karena kelelahan mereka yang biasanya akur pada saat pendakian itu justru berantem hebat. Hingga akhirnya mereka tersesat di lokasi yang aneh dan menyeramkan. Sesekali Dhot melihat cahaya di kejauhan tetapi begitu di dekati cahaya itu menghilang.

Mereka sampai di atas gunung dan beristirahat. Ketika malam tiba mereka membangun tenda. Dhot dan Rabu masih tidak mau bicara. Hasan coba menasehati temannya agar saling memaafkan. Apalagi saat mereka sedang dalam kesulitan seperti saat ini.

Mereka akhirnya saling memaafkan dan berdoa bersama. Karena lelah akhirnya mereka tidur. Pagi harinya ketika mereka bangun mereka sudah berada di kaki gunung dan di pinggir desa. Mereka bersyukur berhasil keluar dari alam ghaib yang kemarin mereka masuki.

  

TAMAT

 

 

Cerpen : Muhammad Irfan

Ilustrasi : Muhammad Irfan menggunakan Meta.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Irfan adalah siswa SMP Bina Utama Pontianak yang menyukai olahraga, terutama bermain bola. Ia berharap dapat mengembangkan bakatnya dan menjadi pemain bola yang handal.


BAMBU-BAMBU HUTAN

 



Pada suatu hari Sari dan Rani janjian ingin mencari bambu muda atau yang biasa di sebut Rebung. Bambu muda atau Rebung sudah menjadi makanan lauk pauk di kampug mereka. hampir setiap hari warga mencari dan memakan Rebung.

Mereka sepakat akan mencari Rebung besok. Keesokan harinya mereka berdua meminta izin ke orang tua masing-masing untuk mencari Rebung. Entah kenapa kedua orang tua mereka tidak mengizinkan. Ada kepercayaan di kampung itu bahwa jika ingin mencari Rebung harus beramai-ramai dan tidak boleh hanya berdua.

Akhirnya Rani dan  mencari teman untuk mencari Rebung, tetapi teman-teman mereka tidak ada yg mau. Karena tidak dapat teman akhirnya mereka memutuskan untuk pergi berdua saja. Walaupun sudah tidak di perbolehkan tetapi mereka kekeh untuk tetap ingin mencari Rebung.

Mereka  janji bertemu di perempatan jalan. Selama di perjalanan mereka ngobrol kesana kemari hingga tak sadar sudah sampai di hutan. Mereka mulai mencari Rebung, tak lama kemudian Rani dan Sari ngerasa ada yg janggal tetapi tidak di hiraukan oleh mereka. Rani dan Sari kembali melanjutkan mencari Rebung.

“Eeh, apa itu, Sari?!” teriak Rani.

“Apa nya? Jangan buat aku takut, deh, Rani,” balas Sari.

“Nggak, coba deh kamu lihat di sana. Apa itu Sari?” Ranimenambahkan.

Sari berusaha melihat apa yang ditunjuk Rani. Ia terkejut. Ada sosok yang menyeramkan memanatap mereka. Sosok itu langsung menghilang ketika angin berhembus kencang.

“Aduh, Rani, pulang, yuk,” ucap Sari. “Aku takut.”

“Tapi ini kita masih dapat sedikit Rebung nya,” balas Rani.

“Nggak papa, ayok pulang aku takut.” Sari benar-benar takut. “Ini juga sudah jam 4, ayok pulang!!”

“Ya, udah,” jawab rani. “Ayok, aku juga mulai merinding, nih.”

Akhirnya mereka pulang tanpa hambatan, tapi apa yg mereka alami itu tidak bisa mereka lupakan. Sampai-sampai mereka takut, dan jera tidak ingin mencari Rebung lagi.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Yosafat Trihusada Yumaro

Ilustrasi : Yosafat Trihusada Yumaro menggunakan Meta.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Yosafat Trihusada Yumaro berusia15 tahun, ia sosok yang gemar mengendarai sepeda motor ia juga aktif dalam bermain bola

 


DAYU

 



Di sebuah desa tinggalah seorang anak yang bernama dayu. Ia tinggal hanya bedua saja bersama ibunya. Ayahnya telah meninggal semenjak dayu berusia dua tahun Dayu dan ibunya tinggal di rumah tua yang hampir roboh.

Sekarang Dayu duduk di sekolah kelas kelas enam Sekolah Dasar. Meskipun Dayu anak orang yang tidak punya tetapi dia anak yang pintar selalu juara kelas.

Sayangnya dia sering di buly oleh teman-temannya. Ia juga di kucilkan oleh teman-teman di desanya. Terkadang Dayu merasa sedih dan bepikir kenapa aku diperlakukan seperti ini hanya karena aku miskin

Dayu tetap bersekolah. Ia berjuang untuk mencapai cita-citanya. Hingga akhirnya setelag dewasa dayu menjadi orang yang sukses. Ia kembali ke desanya dan dengan kekayaannya ia membantu penduduk desa yang saat itu sedang gagal panen.

Penduduk desa dan teman Dayu yang dulu membuly dan mengucilkannya kini merasa menyesal. Mereka meminta maaf kepada Dayu. Syukurlah dayu bukan anak pendendam. Ia memaafkan semua kesalahan teman-temannya. Kini dayu dan penduduk desa bersama-sama membangun desanya.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Muhammad Ikhsan Zikri

Ilustrasi : Muhammad Ikhsan Zikri menggunakan Bing Image Creator

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Ikhsan merupakan siswa di SMP Bina Utama Pontianak, saat ini ia sudah di kelas IX. Ia hoby bermain sepeda.

 


PENDAKI YANG SELAMAT DARI GUNUNG MELETUS

 



Rora adalah anak sebuah SMA Negeri di kotanya. Rora masih berumur 18 tahun, ia tinggal sendirian di sebuah kos-kosan, tetapi terkadang ada teman nya yang menginap di kos-kosan Rora. Ia juga harus berkerja untuk membiayai semua kebutuhannya.

Rora memiliki Sahabat dari kecil Yaitu Nishimura. Sama dengan Rora, Nishimura juga bersekolah di SMA yang sama. Nishimura berumur 19 tahun. lebih tua dari Rora. Ia tinggal di rumah Sendiri, karena Nishimura beda kota dengan orang tuanya.

Di pagi hari Rora bangun untuk pergi ke sekolah, sebelum berangkat ke sekolah Rora  mandi.

setelah mandi ia membuat sarapan terlebih dahulu. Jam sudah menunjukan pukul 06.14. Rora pun bergegas pergi kesekolah. Di sekolah Rora berjumpa dengan Qairen, temannya.

"Qairen!" teriak Rora.

Rora dan Qairen mengobrol sambil berjalan menuju kelas mereka. Sesampai nya di kelas mereka bertemu Dunk.

"Rora, Qairen” ucap Dunk. “Ada sesuatu yang ingin ku kata kan kepada kalian."

"Apa yang ingin kau kata kan?" tanya Qairen tak sabaran.

"Besok, kan,  libur nih. Kita ke gunung,yuk.” Jawab Dunk. “Kita camping di sana, kita bisa ngajak Joong dan Nishimura. Gimana?"

"Boleh, tuh, dari pada kita diam di rumah, kan?" balas Qairen.

Setelah semua setuju mereka menentukan jam mereka akan berkumpul.

Akhirnya sampailah esok hari. Mereka berkumpul dan langsung menuju lokasi dengan diantar mobil salah satu kenalan Dunk. Saat di perjalanan mereka tertawa bahagia. Perjalanan cukup jauh dari kota mereka sehingga harus 3 jam untuk sampai kesana

 Saat sampai mereka melihat gunung yang indah. Mereka naik ke puncak gunung dengan senang hati. Tak terasa malam pun tiba. Hari mulai gelap.

“Teman-teman, seperti nya kita istirahat dulu,” ucap Nishimura.

“Ya, lebih baik begitu agar kita punya tenaga untuk melanjutkan perjalanan nanti," timpal Joong.

Esok paginya mereka melanjutkan perjalanan kembali.

Mendadak gunung mulai begetar

"Teman-teman, aku merasakan getaran dari gunung ini," ucap Joong.

"Iya,” balas Rora. “Aku juga merasakan nya.”

Getaran itu semakin kuat. Mereka memutuskan untuk turun gunung secepatnya.

"Ayo, cepat kita turun dari gunung ini!" teriak Dunk dengan gemetar.

Mereka segera turun. Puncak gunung mulai berasap. Mereka semakin cepat untuk turun. Mendadak Dunk terjatuh. Ia tersandung batu. Untungnya Joong menarik tangan Dunk, membantunya berdiri dan kembali melanjutkan perjalanan.

Akhirnya dengan memaksakan diri mereka semua berhasil turun. Satu hari setelah mereka sampai di rumah gunung itu pun meletus hebat. Mereka bersyukur sempat turun gunung sebelum akhirnya gunung itu meletus.

 

TAMAT

 

 

Cerpen : Nova Zhasmeka Aorora

Ilustrasi : Nova Zhasmeka Aorora menggunakan Meta.AI

Editor : D. Rakhmad Effendi. SE

Cerpen ini dibuat sebagai tugas literasi untuk kelas IX

 

 

TENTANG PENULIS

Nova bersekolah di SMP Bina Utama Pontianak. Hobi nge-dance dan menulis Cerpen


PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMP BINA UTAMA PONTIANAK TAHUN AJARAN 2025-2026

Halo, brother ! jumpa lagi setelah mimin cukup lama tidak menyapa. kini ada info baru tentang penerimaan siswa baru di SMP Bina Utama Pontia...